• SMAN 15 TANJUNG JABUNG BARAT
  • KAMPUS HIJAU BERKILAU

IKLIM LINGKUNGAN BELAJAR

sman15tanjabbarat.sch.id, TEBING TINGGI, 24/11/2024

Kedudukan Iklim Lingkungan Belajar dalam Sekolah yang Kita Cita-Citakan  (Kebijakan Kemendikbudristek)

Beberapa aspek penting yang membentuk iklim sekolah, yaitu: 

  • Konsep Iklim Lingkugan Belajar: Sekolah sebagai sebuah ekosistem yang memiliki pengaruh penting terhadap proses belajar mengajar dan perkembangan murid secara keseluruhan.

  • Hubungan Sosial: Kualitas interaksi antara guru dan murid, murid dan murid, serta keterlibatan orang tua dalam kehidupan sekolah.

  • Keamanan dan Kenyamanan: Rasa aman secara fisik dan emosional bagi semua siswa, serta kondisi fisik sekolah yang menunjang pembelajaran.

  • Lingkungan Belajar: Kualitas pengajaran, motivasi belajar siswa, dan kesempatan belajar yang tersedia bagi semua siswa.

  • Kepemimpinan Sekolah: Kebijakan dan prosedur sekolah yang adil dan konsisten, visi dan misi sekolah yang jelas dan terimplementasi dengan baik.

  • Kesejahteraan dan Dukungan: Program kesejahteraan murid, dukungan untuk siswa dengan kebutuhan khusus, dan budaya sekolah yang positif.

  • Budaya Sekolah yang Kuat dan Berkelanjutan: Budaya sekolah sebagai elemen penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan suportif bagi semua murid.

Pemahaman tentang iklim sekolah sangatlah penting bagi asesor akreditasi khususnya dalam menilai Komponen Iklim Lingkungan Belajar pada proses akreditasi. Dengan menggabungkan pemahaman tentang iklim sekolah, aspirasi dan harapan tentang sekolah yang dicita-citakan, dan kemampuan asesor dalam mengambil dan mengolah data, maka akan terbuka peluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.  

1. PENTINGNYA IKLIM SEKOLAH YANG POSITIF

Pertanyaan Pemantik

Di sekolah yang baik, semua murid punya kesempatan untuk mengembangkan kompetensi dan karakter yang mereka perlukan untuk menjadi pelajar sepanjang hayat dengan nilai-nilai Pancasila.  Kompetensi dan karakter ini mencakup kemampuan literasi dan numerasi, keimanan ketakwaan dan akhlak mulia, nalar kritis, kreativitas, gotong royong, kebinekaan dan kemandirian. 

Untuk mencapai hal-hal tersebut, sekolah kita harus memiliki:

  • Pembelajaran yang berpusat pada murid 

  • Guru reflektif, gemar belajar, berbagi, dan berkolaborasi 

  • Iklim sekolah yang aman, inklusif, dan merayakan kebinekaan 

  • Kepemimpinan untuk perbaikan layanan berkelanjutan 

Penguatan Teori

Lingkungan sekolah bukan hanya sebatas ruang kelas dan fasilitas fisik, melainkan sebuah ekosistem yang kompleks dengan pengaruh signifikan terhadap proses belajar mengajar dan perkembangan siswa secara keseluruhan. Albert Bandura, pakar psikologi sosial, menekankan peran penting pembelajaran melalui observasi, imitasi, dan modeling dalam perkembangan individu. Iklim sekolah yang positif menjadi wadah ideal bagi siswa untuk mengamati dan meniru perilaku positif dari guru dan teman sebaya, yang berdampak positif pada sikap, nilai, dan perilaku mereka.

Dalam konteks ini, terdapat beberapa model teori iklim sekolah yang berbeda, namum model yang paling umum digunakan adalah model ekologis yang dikembangkan oleh Kurt Luwin.  

Model ini menggambarkan iklim sekolah sebagai sebuah sistem yang kompleks yang terdiri dari beberapa tingkatan yang saling terkait, yaitu:

  • Tingkat individu: Faktor-faktor yang berkaitan dengan individu siswa, seperti kepribadian, latar belakang, dan motivasi. Setiap siswa membawa keunikan pribadi yang memengaruhi bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan belajar mereka.
  • Tingkat kelompok: Faktor-faktor yang berkaitan dengan kelompok siswa, seperti kelas, tim, dan kelompok sosial. Interaksi dalam kelompok ini membentuk dinamika sosial yang dapat mendukung atau menghambat proses belajar  
  • Tingkat organisasi: Faktor-faktor yang berkaitan dengan organisasi sekolah, seperti struktur, kebijakan, dan budaya. Struktur organisasi dan kebijakan sekolah menciptakan kerangka kerja di mana proses belajar mengajar terjadi, sedangkan budaya sekolah memengaruhi nilai-nilai dan norma-norma yang diterapkan di sekolah.
  • Tingkat lingkungan: faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan eksternal sekolah, seperti komunitas, budaya lokal, dan kebijakan pemerintah. Lingkungan eksternal ini memberikan konteks yang lebih luas di mana sekolah beroperasi dan dapat mempengaruhi sumber daya serta dukungan yang tersedia bagi sekolah.

Teori yang mendukung pentingnya Iklim lingkungan belajar dan Bagaimana implementasi dalam penilaian akreditasi yang FLEKSIBEL

  • Iklim sekolah termasuk dalam mesosystem, di mana interaksi antara siswa, guru, dan staf sekolah memainkan peran penting dalam perkembangan karakter dan akedemis siswa (Teori Ekologi; Bronfenbrenner).

Mesosistem meliputi interaksi antar mikrosistem yang berbeda dimana seorang anak berada. Pada intinya mesosistem adalah suatu sistem yang terbentuk dari mikrosistem dan melibatkan hubungan antara rumah dan sekolah, teman sebaya dan keluarga atau antara keluarga dan sekolah dalam psikologi perkembangan.

  • Iklim sekolah yang positif menyediakan lingkungan di mana siswa  dapat mengamati dan meniru perilaku positif dari guru dan teman sebaya, yang berdampak pada perkembangan sikap dan perilaku mereka (Teori Pembelajaran Sosial; Albert Bandura).
  • Iklim sekolah yang positif menciptakan kondisi di mana siswa merasa didukung dalam mencapai kebutuhan psikologis dasar, kompetensi, dan keterhubungan  tersebut dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa (Teori Self-Determination; Deci dan Ryan)
  • Iklim sekolah yang adil dan transparan dalam penerapan kebijakan dan hubungan interpersonal dapat meningkatkan ketelibatan dan kepusasan siswa serta staf (Teori Keadilan Organisasi: Greenberg).

  • Iklim sekolah yang mendukung dapat membantu meningkatkan self-efficacy siswa dengan menyediakan tantangan yang sesuai dan dukungan yang memadai (Teori Kognitif Sosial: Albert Bandura)

  • Iklim sekolah yang positif membantu menciptakan emosi positif seperti rasa percaya diri dan minat, yang pada gilirannya meningkatkan motivasi dan keterlibatan dalam pembelajaran (Teori Emosi dan Motivasi; Meyer dan Turner).

2. MEMBANGUN HUBUNGAN SOSIAL YANG POSITIF DI SEKOLAH

Hubungan sosial yang baik dalam ekosistem sekolah harus mencerminkan sikap saling menghargai keberagaman. Setiap individu di sekolah memiliki latar belakang, budaya, dan pandangan yang berbeda. Menghargai keberagaman ini berarti mengakui dan menerima perbedaan tersebut sebagai bagian yang memperkaya komunitas sekolah. Ketika siswa melihat bahwa perbedaan mereka dihargai, mereka merasa lebih diterima dan termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar.

Mengenali Keberagaman

Penting bagi setiap anggota sekolah untuk mengenali keberagaman yang ada. Ini melibatkan memahami berbagai latar belakang budaya, agama, dan sosial yang ada di sekolah. Guru dan siswa perlu diberikan kesempatan untuk belajar tentang satu sama lain melalui berbagai aktivitas dan diskusi. Dengan mengenali keberagaman, sekolah dapat mengembangkan program yang inklusif dan kegiatan yang mencerminkan pluralitas komunitasnya, sehingga setiap individu merasa dilihat dan dihargai.

Membangun Sikap Menghargai Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender adalah bagian penting dari lingkungan belajar yang inklusif. Dalam interaksi sehari-hari di sekolah, penting untuk memastikan bahwa semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, diperlakukan dengan adil dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Guru dan staf sekolah perlu memberikan contoh sikap menghargai kesetaraan gender, dengan memastikan bahwa tidak ada diskriminasi atau bias gender dalam perlakuan terhadap siswa. Ini juga bisa dilakukan dengan mengadakan diskusi dan pendidikan tentang pentingnya kesetaraan gender, sehingga siswa belajar untuk menghargai satu sama lain tanpa memandang gender.

Integrasi dalam Kualitas Hubungan

Kualitas hubungan sosial di sekolah sangat dipengaruhi oleh bagaimana sikap menghargai keberagaman, mengenali keberagaman, dan menghargai kesetaraan gender diintegrasikan dalam interaksi sehari-hari. Ketika semua elemen dalam ekosistem sekolah bekerja sama dengan sikap saling menghormati dan menghargai, mereka menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan berkarya. Rasa aman dan nyaman yang tercipta akan mendorong siswa untuk lebih aktif berpartisipasi dan mencapai potensi penuh mereka.

Dengan demikian, sikap menghargai keberagaman, mengenali keberagaman, dan membangun sikap menghargai kesetaraan gender bukan hanya elemen tambahan, tetapi fondasi penting dalam menciptakan hubungan sosial yang kuat dan berkualitas di sekolah.

Kasus Perundungan di Sekolah

Perundungan merupakan salah satu contoh kegagalan dalam membangun hubungan sosial yang positif di sekolah. Perundungan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti fisik, verbal, dan emosional. Perundungan dapat menyebabkan berbagai dampak negatif bagi korban, seperti trauma, depresi, kecemasan, dan bahkan bunuh diri.

Ketidakharmonisan Hubungan Guru-Siswa

Ketidakharmonisan hubungan guru-siswa dapat menjadi hambatan dalam membangun hubungan sosial yang positif di sekolah. Ketidakharmonisan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya komunikasi yang baik, sikap guru yang otoriter, atau kurangnya rasa saling menghormati.

Berikut beberapa teori psikolog yang memberikan landasan untuk membangun hubungan sosial yang positif di sekolah:

  1. Teori Sistem Ekologis (Urie Bronfenbrenner)
    Teori Bronfenbrenner menjelaskan bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh berbagai sistem lingkungan yang saling berinteraksi, termasuk keluarga, sekolah, dan komunitas. Sekolah, termasuk dalam mesosystem, di mana interaksi antara siswa, guru, dan staf sekolah memainkan peran penting dalam perkembangan sosial dan akademis siswa.
  2. Teori Kebutuhan Dasar Manusia (Maslow)
    Menurut Maslow, manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara hierarkis. Kebutuhan fisiologis seperti makanan, air, dan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar yang paling penting. Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, manusia kemudian akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan cinta dan kasih sayang, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.
    Teori ini memiliki implikasi penting dalam membangun hubungan sosial di sekolah. Guru dan staf sekolah perlu memastikan bahwa kebutuhan dasar siswa terpenuhi terlebih dahulu, seperti menyediakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, akses terhadap makanan dan minuman, serta dukungan emosional. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, siswa akan lebih siap untuk terlibat dalam membangun hubungan sosial yang positif dengan orang lain.
  3. Teori Keterikatan (Bowlby & Ainsworth)
    Teori keterikatan menjelaskan bagaimana hubungan awal antara anak dan pengasuhnya mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional mereka di kemudian hari. Anak-anak yang memiliki hubungan keterikatan yang aman dengan pengasuhnya cenderung memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi, serta kemampuan untuk membangun hubungan sosial yang positif dengan orang lain.
    Teori ini memberikan panduan bagi guru dan orang tua dalam membangun hubungan yang positif dengan siswa. Guru dan orang tua perlu menunjukkan rasa kasih sayang, perhatian, dan dukungan kepada siswa. Mereka juga perlu menciptakan lingkungan yang konsisten dan aman, di mana siswa merasa diterima dan dihargai.
  4. Teori Moral (Kohlberg)
    Kohlberg mengemukakan enam tahap perkembangan moral yang dilalui manusia. Pada setiap tahap, individu memiliki pemahaman yang berbeda tentang moralitas dan bagaimana mereka harus berperilaku. Perkembangan moral individu dipengaruhi oleh interaksi sosial mereka dengan orang lain.
    Teori Kohlberg memberikan panduan bagi guru dalam membantu siswa untuk mengembangkan moralitas mereka. Guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk diskusi dan refleksi moral. Guru juga perlu memberikan contoh yang baik tentang bagaimana berperilaku secara moral.
  5. Teori Pembelajaran Sosial (Bandura)
    Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa manusia belajar melalui observasi dan peniruan. Orang-orang belajar dengan mengamati perilaku orang lain dan meniru perilaku yang mereka anggap bermanfaat atau menguntungkan.
    Teori ini memiliki implikasi penting dalam membangun hubungan sosial di sekolah. Guru dan orang tua perlu menjadi contoh yang baik bagi siswa dalam membangun hubungan sosial yang positif. Guru dan orang tua juga perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan orang lain yang memiliki hubungan sosial yang positif.

3. KEAMANAN DAN KENYAMANAN DI SEKOLAH

Sekolah merupakan tempat bagi murid untuk belajar, tumbuh, dan berkembang. Di lingkungan yang aman dan nyaman, murid merasa bebas untuk mengeksplorasi potensi mereka, berinteraksi dengan teman sebaya, dan fokus pada pembelajaran tanpa rasa cemas atau takut.

Keamanan dan Kenyamanan di Sekolah

Keamanan dan kenyamanan di sekolah bukan hanya sebatas keamanan fisik, tetapi juga mencakup keamanan emosional dan kondisi fisik sekolah yang baik. Berikut adalah elaborasi lebih lanjut mengenai tiga aspek penting ini:

1. Keamanan Fisik

Keamanan fisik di sekolah mencakup perlindungan dari bahaya fisik dan lingkungan yang berisiko. Ini melibatkan infrastruktur yang aman, seperti bangunan yang kokoh, fasilitas yang memadai, dan peralatan yang berfungsi dengan baik. Sekolah juga harus memiliki prosedur keselamatan yang jelas, termasuk rencana evakuasi darurat dan penanganan situasi krisis. Lingkungan fisik yang aman memberikan rasa tenang kepada murid dan orang tua, memungkinkan siswa untuk belajar tanpa khawatir akan keselamatan mereka.

2. Keamanan Emosional

Keamanan emosional adalah aspek krusial yang sering kali terlupakan. Ini berarti menciptakan suasana di mana murid merasa dihargai, didukung, dan bebas dari intimidasi atau bullying. Guru dan staf sekolah harus peka terhadap kebutuhan emosional murid dan siap memberikan dukungan ketika dibutuhkan. Ketika murid merasa aman secara emosional, mereka lebih cenderung untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah dan menunjukkan kinerja akademik yang lebih baik.

3. Kondisi Fisik Sekolah yang Baik

Kondisi fisik sekolah yang baik juga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan belajar. Ini mencakup ruang kelas yang bersih, fasilitas yang memadai seperti toilet, kantin, perpustakaan, serta area bermain yang aman. Pencahayaan yang baik, ventilasi yang memadai, dan kebersihan lingkungan sekolah semuanya berkontribusi pada suasana yang kondusif untuk belajar. Ketika kondisi fisik sekolah terjaga dengan baik, murid dapat belajar dalam lingkungan yang sehat dan menyenangkan.

Membangun sekolah yang aman dan nyaman merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan optimal murid. Keamanan dan kenyamanan di sekolah bukan hanya sebatas keamanan fisik, tetapi juga mencakup keamanan emosional dan kondisi fisik sekolah yang baik.  Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar mengajar dan perkembangan murid secara keseluruhan.

Berikut beberapa teori psikologi yang memberikan landasan kuat untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan di sekolah:

  1. Teori Emosi Meyer dan Turner mengemukakan bahwa emosi yang dialami siswa dalam lingkungan belajar mempengaruhi motivasi mereka. Iklim sekolah yang positif membantu menciptakan emosi positif seperti rasa percaya diri dan minat, yang pada gilirannya meningkatkan motivasi dan keterlibatan dalam pembelajaran.

  2. Teori Psikososial Erikson (Erikson) mengemukakan delapan tahap perkembangan psikososial yang harus dilalui manusia sepanjang hidupnya. Pada setiap tahap, individu dihadapkan pada krisis psikososial yang harus diselesaikan. Keberhasilan dalam menyelesaikan krisis psikososial akan mengantarkan individu pada perkembangan yang sehat, sedangkan kegagalan dalam menyelesaikan krisis psikososial dapat mengakibatkan masalah dalam perkembangan selanjutnya.
    Teori Erikson memiliki implikasi penting dalam memahami bagaimana siswa membangun rasa aman dan nyaman di sekolah. Guru dan orang tua perlu memahami tahap perkembangan psikososial yang sedang dilalui siswa dan memberikan dukungan yang sesuai. Misalnya, pada tahap usia sekolah dasar, siswa sedang bergulat dengan krisis inisiatif vs rasa bersalah. Guru dan orang tua perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil inisiatif dan mencoba hal-hal baru, serta membantu mereka untuk mengatasi rasa bersalah jika mereka gagal.

  1.  Teori Moral (Kohlberg) mengemukakan enam tahap perkembangan moral yang dilalui manusia. Pada setiap tahap, individu memiliki pemahaman yang berbeda tentang moralitas dan bagaimana mereka harus berperilaku. Perkembangan moral individu dipengaruhi oleh interaksi sosial mereka dengan orang lain.
    Teori ini memberikan panduan bagi guru dalam membantu siswa untuk mengembangkan moralitas mereka. Guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk diskusi dan refleksi moral. Guru juga perlu memberikan contoh yang baik tentang bagaimana berperilaku secara moral.

4. MENGEMBANGKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG POSITIF

Sekolah merupakan tempat bagi murid untuk belajar dan mengembangkan potensi mereka. Di lingkungan belajar yang positif, murid akan merasa termotivasi untuk belajar, terlibat aktif dalam pembelajaran, dan mencapai prestasi yang optimal.

Lingkungan belajar yang positif bukan hanya sebatas kualitas pengajaran yang baik, tetapi juga mencakup motivasi belajar murid yang tinggi dan kesempatan belajar yang luas. Mari kita elaborasi lebih lanjut mengenai beberapa elemen penting yang menciptakan lingkungan belajar yang positif dan bagaimana hal ini dapat difasilitasi melalui kegiatan yang inklusif untuk peserta didik dengan kebutuhan yang beragam.

1. Kualitas Pengajaran yang Baik

Kualitas pengajaran adalah fondasi dari lingkungan belajar yang positif. Guru yang terampil, berpengetahuan luas, dan mampu menyampaikan materi dengan cara yang menarik akan membuat murid lebih mudah memahami dan menguasai pelajaran. Namun, kualitas pengajaran juga mencakup pendekatan yang adaptif dan responsif terhadap kebutuhan individu murid. Ini berarti guru harus siap menggunakan berbagai metode pengajaran yang sesuai dengan gaya belajar yang berbeda dan kebutuhan khusus dari setiap murid.

2. Motivasi Belajar Murid yang Tinggi

Motivasi belajar yang tinggi pada murid merupakan indikator penting dari lingkungan belajar yang positif. Ketika murid merasa termotivasi, mereka lebih cenderung untuk berpartisipasi aktif dalam kelas, menyelesaikan tugas dengan baik, dan mengejar prestasi akademik yang lebih tinggi. Guru dapat meningkatkan motivasi murid dengan memberikan umpan balik yang konstruktif, memfasilitasi pembelajaran yang relevan dengan minat murid, dan menciptakan suasana kelas yang mendukung dan menghargai setiap usaha murid.

3. Kesempatan Belajar yang Luas

Kesempatan belajar yang luas berarti memberikan akses yang adil dan setara kepada semua murid untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Ini termasuk menyediakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler, proyek-proyek kelompok, dan sumber daya tambahan yang mendukung proses pembelajaran. Dalam konteks peserta didik dengan kebutuhan yang beragam, sekolah perlu mengimplementasikan strategi pembelajaran yang inklusif dan memperhatikan kebutuhan khusus setiap murid.

Membangun lingkungan akademis yang positif merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan sekolah yang efektif dan mendukung perkembangan optimal murid.  LIngkungan positif ditandai dengan kualitas pengajaran yang baik, motivasi belajar yang tinggi, dan kesempatan belajar yang luas.  

Lingkungan Akademis:

  • Kualitas Pengajaran: Efektivitas dan profesionalisme guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

  • Motivasi Belajar Siswa: Tingkat antusiasme dan minat siswa dalam belajar serta mencapai prestasi akademis.

  • Kesempatan Belajar: Akses siswa terhadap berbagai sumber daya pendidikan dan kesempatan untuk berkembang

Berikut beberapa teori psikologi dan pendidikan yang memberikan landasan kuat untuk menciptakan lingkungan akademis yang positif: 

Teori Motivasi:

Teori motivasi menjelaskan faktor-faktor yang mendorong dan mengarahkan perilaku manusia. Beberapa teori motivasi yang relevan dengan pendidikan meliputi:

    • Teori Kebutuhan: Teori ini menyatakan bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti kebutuhan akan rasa aman, cinta, dan harga diri. Lingkungan akademis yang positif harus memenuhi kebutuhan dasar siswa agar mereka dapat merasa termotivasi untuk belajar.

    • Teori Harapan: Teori ini menyatakan bahwa manusia termotivasi oleh harapan mereka untuk mencapai tujuan. Lingkungan akademis yang positif harus membantu siswa menetapkan tujuan yang realistis dan achievable, dan memberikan mereka dukungan yang mereka butuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.

    • Teori Nilai: Teori ini menyatakan bahwa manusia termotivasi oleh nilai-nilai mereka, yaitu keyakinan mereka tentang apa yang penting dan benar. Lingkungan akademis yang positif harus membantu siswa mengembangkan nilai-nilai positif yang terkait dengan pembelajaran, seperti rasa ingin tahu, ketekunan, dan rasa ingin tahu.

 Teori Belajar Sosial:

Teori belajar sosial menyatakan bahwa manusia belajar melalui observasi dan interaksi dengan orang lain. Lingkungan akademis yang positif harus memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dari guru, teman sekelas, dan orang dewasa lainnya. Guru harus menjadi teladan yang baik bagi siswa dan menciptakan budaya belajar yang kolaboratif dan suportif.

Teori Kecerdasan Emosional:

Teori kecerdasan emosional menyatakan bahwa kemampuan untuk mengelola emosi diri sendiri dan orang lain merupakan faktor penting dalam kesuksesan akademik dan sosial. Lingkungan akademis yang positif harus membantu siswa mengembangkan kecerdasan emosional mereka, seperti kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami emosi mereka, mengelola stres, dan membangun hubungan yang positif dengan orang lain.

Teori Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa:

Teori pembelajaran yang berpusat pada siswa menyatakan bahwa siswa harus terlibat aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Lingkungan akademis yang positif harus memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan gaya belajar mereka dan minat mereka. Guru harus bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing, dan membantu siswa untuk mengambil kepemilikan atas pembelajaran mereka sendiri.

Teori Pembangunan Karakter:

Teori pembangunan karakter menyatakan bahwa karakter merupakan faktor penting dalam kesuksesan akademik dan sosial. Lingkungan akademis yang positif harus membantu siswa mengembangkan karakter yang positif, seperti kejujuran, rasa hormat, dan tanggung jawab. Guru harus menjadi teladan yang baik bagi siswa dan menanamkan nilai-nilai karakter yang penting dalam semua aspek kehidupan sekolah.

5. KEPEMIMPINAN SEKOLAH YANG EFEKTIF

Iklim lingkungan belajar yang positif adalah hasil dari kepemimpinan yang efektif. Berikut adalah beberapa karakteristik dari iklim belajar yang positif dan bagaimana kepemimpinan sekolah mempengaruhinya:

1. Rasa Aman dan Nyaman

Lingkungan belajar yang positif adalah tempat di mana murid merasa aman secara fisik dan emosional. Kepemimpinan yang efektif menciptakan kebijakan dan praktik yang memastikan keamanan semua warga sekolah, termasuk perlindungan dari bullying dan diskriminasi. Ketika murid merasa aman, mereka lebih terbuka untuk belajar dan berinteraksi dengan teman sebaya.

2. Dukungan untuk Keberagaman

Pemimpin sekolah yang efektif menghargai dan merayakan keberagaman. Mereka mempromosikan inklusi dan kesetaraan di seluruh sekolah, memastikan bahwa semua murid, terlepas dari latar belakang mereka, merasa dihargai dan diterima. Program-program yang menghormati keberagaman budaya, bahasa, dan kebutuhan khusus menciptakan lingkungan di mana setiap murid dapat berkembang.

3. Partisipasi Aktif dan Keterlibatan

Dalam iklim belajar yang positif, murid terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Kepemimpinan yang baik mendorong metode pengajaran yang interaktif dan partisipatif, di mana murid dapat berkontribusi dan merasa dihargai atas pemikiran dan ide-ide mereka. Keterlibatan aktif ini meningkatkan motivasi dan kinerja akademik murid.

4. Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Iklim belajar yang positif juga tercermin dalam kualitas pembelajaran yang tinggi. Kepala sekolah yang efektif memastikan bahwa kurikulum selalu diperbarui dan relevan dengan kebutuhan zaman. Mereka juga mendukung inovasi dalam metode pengajaran dan penggunaan teknologi, sehingga murid dapat belajar dengan cara yang paling efektif dan menyenangkan.

Kepemimpinan sekolah yang efektif adalah fondasi dari iklim lingkungan belajar yang positif. Dengan visi yang jelas, kolaborasi yang erat, komitmen terhadap kualitas pembelajaran, dan dukungan emosional, kepala sekolah dan timnya dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal semua murid. Lingkungan belajar yang positif tidak hanya meningkatkan prestasi akademik, tetapi juga membangun karakter dan kompetensi murid untuk menjadi pelajar sepanjang hayat yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, sekolah benar-benar menjadi tempat yang membangun generasi penerus bangsa yang cerdas, tangguh, dan berintegritas.

Penguatan Teori

Kepemimpinan sekolah yang efektif merupakan elemen kunci dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan meningkatkan kualitas pendidikan. Pemimpin sekolah yang efektif harus mampu menciptakan lingkungan yang adil dan konsisten, mengkomunikasikan visi dan misi sekolah dengan jelas, serta memberdayakan guru dan staf untuk mencapai tujuan bersama.

Berikut ini adalah teori-teori kepemimpinan yang relevan dengan praktik di satuan pendidikan:

  • Teori Keadilan Organisasi:
    Teori ini menyoroti pentingnya persepsi keadilan dalam lingkungan organisasi, termasuk sekolah. Greenberg mengemukakan bahwa keadilan distributif, prosedural, dan interaksional dapat mempengaruhi kepuasan dan kinerja individu. Iklim sekolah yang adil dan transparan dalam penerapan kebijakan dan hubungan interpersonal dapat meningkatkan keterlibatan dan kepuasan siswa serta staf.
  • Teori Transformasional:
    Teori transformasional menekankan pada kemampuan pemimpin untuk menginspirasi, memotivasi, dan memberdayakan guru dan staf sekolah untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin transformasional memiliki visi yang jelas untuk sekolah dan mampu mengkomunikasikannya dengan efektif kepada semua pihak. Mereka juga membangun hubungan yang positif dengan guru dan staf, dan menciptakan budaya sekolah yang kolaboratif dan suportif.
  • Teori Kepemimpinan yang Berbasis Nilai:
    Teori kepemimpinan yang berbasis nilai menyatakan bahwa pemimpin yang efektif harus memiliki nilai-nilai yang kuat dan jelas. Nilai-nilai ini harus menjadi dasar bagi semua keputusan dan tindakan pemimpin. Pemimpin yang efektif harus mampu menginspirasi guru dan staf untuk mengikuti nilai-nilai ini dan membangun budaya sekolah yang berintegritas dan etis.
  • Teori Kepemimpinan yang Berpusat pada Guru:
    Teori kepemimpinan yang berpusat pada guru menekankan pada pentingnya melibatkan guru dalam pengambilan keputusan dan proses kepemimpinan lainnya. Pemimpin yang efektif harus memberikan guru otonomi dan tanggung jawab untuk mengembangkan program dan praktik terbaik di kelas mereka.

Sekolah merupakan tempat di mana murid menghabiskan sebagian besar waktu mereka. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk menciptakan lingkungan yang aman, suportif, dan inklusif di mana semua siswa dapat berkembang dan mencapai potensinya secara maksimal.

Kesejahteraan dan dukungan di sekolah  tidak hanya tentang memenuhi kebutuhan dasar murid agar mereka dapat belajar secara efektif di sekolah tapi ini juga tentang menyediakan layanan dan program yang membantu siswa untuk berkembang secara sosial, emosional, dan akademis.

  1. Kebijakan dan Prosedur yang Mengakomodasi Kebutuhan Belajar Peserta Didik yang Beragam
    Sekolah yang inklusif memiliki kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan belajar yang beragam dari semua siswa. Ini termasuk kebijakan untuk mendukung murid dengan disabilitas, kebijakan anti-diskriminasi, dan prosedur untuk menyediakan dukungan tambahan kepada siswa yang membutuhkannya. Dengan adanya kebijakan yang inklusif, semua siswa merasa didukung dan dihargai, sehingga mereka dapat merasa aman untuk belajar dan berkembang.
  2. Pelaksanaan Program bagi Pendik dan Orang Tua/Wali
    Untuk mendukung keberhasilan murid dalam lingkungan belajar yang inklusif, sekolah juga harus melaksanakan program-program yang dirancang khusus untuk mendukung pendidik dan orang tua/wali. Ini termasuk pelatihan dan pengembangan profesional untuk guru dalam mendukung kebutuhan belajar yang beragam, serta program komunikasi dan konseling untuk orang tua/wali agar mereka dapat berpartisipasi aktif dalam mendukung perkembangan anak-anak mereka. Dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan mendukung.
  3. Penyediaan Layanan dan Program Pendukung
    Sekolah yang inklusif juga menyediakan berbagai layanan dan program pendukung untuk membantu siswa dalam berkembang secara sosial, emosional, dan akademis. Ini termasuk layanan konseling, program mentoring, dan dukungan tambahan dalam kelas untuk siswa yang membutuhkannya. Dengan adanya layanan dan program ini, semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk sukses di sekolah dan meraih potensi mereka yang penuh.

TULISAN 1: INKLUSI DAN IKLIM LINGKUNGAN BELAJAR 

Inklusi dalam pendidikan adalah sebuah pendekatan yang bertujuan untuk memastikan bahwa semua siswa, termasuk siswa dengan kebutuhan belajar khusus, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang di sekolah reguler.

Pendekatan inklusi menekankan pada pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman, suportif, dan ramah bagi semua siswa, terlepas dari latar belakang, kemampuan, atau kebutuhan mereka.

Pentingnya Inklusi pada Iklim Lingkungan Belajar:

Membangun iklim lingkungan belajar yang inklusif memiliki banyak manfaat bagi semua siswa, baik siswa dengan kebutuhan belajar khusus maupun siswa lainnya. Berikut adalah beberapa alasan mengapa inklusi penting:

  • Meningkatkan Kesetaraan dan Keadilan: Inklusi memastikan bahwa semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang, terlepas dari kemampuan atau kebutuhan mereka.

  • Meningkatkan Prestasi Belajar: Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar di lingkungan inklusif umumnya memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang belajar di kelas terpisah.

  • Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Emosional: Inklusi membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang penting, seperti empati, kerjasama, dan rasa hormat terhadap perbedaan.

  • Meningkatkan Kesadaran dan Penerimaan: Inklusi membantu meningkatkan kesadaran dan penerimaan terhadap keragaman di antara siswa.

  • Mempersiapkan Siswa untuk Kehidupan Nyata: Inklusi membantu siswa mempersiapkan diri untuk hidup di dunia yang beragam dan inklusif.

Prinsip-Prinsip Utama Inklusi pada Iklim Lingkungan Belajar:

  • Semua siswa diterima dan dihargai.

  • Semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.

  • Perbedaan dihargai dan dihormati.

  • Keragaman dilihat sebagai aset.

  • Semua siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Strategi untuk Menciptakan Iklim Lingkungan Belajar yang Inklusif:

  • Menciptakan Visi dan Misi yang Inklusif: Sekolah harus memiliki visi dan misi yang jelas tentang inklusi, dan semua pihak di sekolah harus memahami dan berkomitmen terhadap visi dan misi tersebut.

  • Mengembangkan Kebijakan dan Prosedur yang Mendukung Inklusi: Sekolah harus memiliki kebijakan dan prosedur yang mendukung inklusi, seperti kebijakan tentang aksesibilitas, akomodasi, dan penilaian.

  • Membangun Kapasitas Guru dan Staf: Guru dan staf harus dilatih dan didukung untuk mengajar secara efektif di lingkungan inklusif.

  • Melibatkan Orang Tua dan Komunitas: Orang tua dan komunitas harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan tentang inklusi, dan mereka harus didukung untuk memainkan peran aktif dalam pendidikan anak-anak mereka.

  • Memantau dan Mengevaluasi Kemajuan: Sekolah harus memantau dan mengevaluasi kemajuan inklusi secara berkala, dan melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua siswa mencapai potensi penuh mereka.

Kesimpulan:

Inklusi adalah komponen penting dari pendidikan yang berkualitas. Dengan menciptakan iklim lingkungan belajar yang inklusif, sekolah dapat membantu semua siswa mencapai potensi penuh mereka dan berkembang menjadi individu yang sukses dan berkontribusi bagi masyarakat.

TULISAN 2: Sekolah Inklusif Tunas Harapan:
Menciptakan Surga Belajar yang Mendukung Semua Murid

Di tengah hiruk pikuk kota yang ramai, Sekolah Inklusif Tunas Harapan berdiri kokoh sebagai oase bagi para muridnya. Didirikan dengan visi untuk membangun lingkungan belajar yang inklusif dan suportif, Tunas Harapan telah menjadi teladan dalam mewujudkan kesejahteraan dan dukungan bagi seluruh muridnya.

  • Filsafat Kolaboratif: Menjalin Kekuatan Bersama
    Sejak awal, Tunas Harapan berlandaskan filosofi kolaborasi. Keyakinan bahwa kesejahteraan dan dukungan di sekolah hanya dapat diraih melalui kerja sama yang erat antara seluruh pemangku kepentingan menjadi fondasi utama. Para guru, staf, orang tua, dan komunitas bahu membahu dalam menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan penuh kasih sayang bagi semua murid.
  • Strategi yang Berpusat pada Murid: Memenuhi Kebutuhan Unik Setiap Individu
    Tunas Harapan memahami bahwa setiap murid memiliki kebutuhan dan kemampuan yang unik. Oleh karena itu, sekolah ini menerapkan strategi pembelajaran yang berpusat pada murid. Guru-guru di Tunas Harapan dilatih untuk mengenali gaya belajar dan kebutuhan individual setiap murid, sehingga mereka dapat merancang pembelajaran yang efektif dan engaging.
  • Membangun Budaya Positif: Menumbuhkan Rasa Hormat dan Saling Menghargai
    Budaya positif menjadi pilar penting dalam mewujudkan kesejahteraan dan dukungan di Tunas Harapan. Sekolah ini aktif mempromosikan nilai-nilai seperti rasa hormat, saling menghargai, dan empati. Murid-murid didorong untuk saling membantu, bekerja sama, dan merayakan keberhasilan bersama.
  • Dukungan Holistik: Memenuhi Kebutuhan Akademik, Sosial, dan Emosional
    Tunas Harapan memahami bahwa kesejahteraan murid tidak hanya terbatas pada performa akademik. Sekolah ini menyediakan berbagai program dan layanan untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional murid-muridnya. Konselor sekolah, psikolog, dan staf lain siap membantu murid yang menghadapi berbagai tantangan, seperti masalah keluarga, kecemasan, atau bullying.
  • Kolaborasi dengan Orang Tua: Membangun Kemitraan yang Kuat
    Tunas Harapan menjalin komunikasi yang terbuka dan aktif dengan orang tua murid. Orang tua dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, kegiatan sekolah, dan pengembangan rencana pembelajaran individual (PPI) untuk murid-murid mereka. Kolaborasi yang kuat ini memastikan bahwa murid mendapatkan dukungan yang konsisten dan holistik di lingkungan sekolah dan di rumah.
  • Kisah Inspiratif: Dampak Nyata pada Kehidupan Murid
    Upaya Tunas Harapan dalam membangun kesejahteraan dan dukungan telah menghasilkan dampak positif yang nyata pada kehidupan murid-muridnya. Murid-murid di Tunas Harapan menunjukkan peningkatan motivasi belajar, rasa percaya diri, dan keterampilan sosial emosional. Mereka lebih berani untuk mengungkapkan pendapat, berkolaborasi dengan teman sebaya, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang positif.

Kesimpulan: Sebuah Model Inspirasi
Sekolah Inklusif Tunas Harapan merupakan contoh inspiratif dalam membangun kesejahteraan dan dukungan di sekolah. Filosofi kolaboratif, strategi pembelajaran yang berpusat pada murid, budaya positif, dukungan holistik, dan kolaborasi yang kuat dengan orang tua telah menjadi kunci keberhasilan sekolah ini. Kisah Tunas Harapan menjadi pengingat bahwa dengan komitmen dan kerja sama yang solid, setiap sekolah dapat menciptakan surga belajar yang kondusif dan suportif bagi semua muridnya.

Penguatan Teori

Bapak dan Ibu, kita semua sudah paham bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan dan keterampilan. Ini juga tentang mempersiapkan anak-anak untuk menjadi individu yang sehat, bahagia, dan sukses dalam hidup. Dalam hal ini, peran sekolah dalam membangun kesejahteraan dan dukungan bagi murid menjadi sangat penting.  

Kesejahteraan dan Dukungan yang diberikan satuan pendidikan meliputi:

  • Program Kesejahteraan Siswa: Ketersediaan program yang mendukung kesejahteraan fisik dan mental siswa, seperti layanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler.

  • Dukungan untuk Siswa dengan Kebutuhan Khusus: Ketersediaan dan kualitas dukungan bagi siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus

 

Berikut ini adalah beberapa teori yang menjadi landasan pentingnya membangun kesejahteraan dan dukungan bagi murid. 

  • Teori Self-Determination: Memicu Motivasi untuk Belajar
    Teori Self-Determination, yang dikembangkan oleh Deci dan Ryan (1985), menjelaskan bagaimana tiga kebutuhan psikologis dasar - otonomi, kompetensi, dan keterhubungan - mempengaruhi motivasi intrinsik siswa. Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui:
    • Otonomi: Memberikan siswa pilihan dan kontrol atas pembelajaran mereka, memungkinkan mereka untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan gaya dan minat mereka.

    • Kompetensi: Memberikan siswa kesempatan untuk mengalami kesuksesan dan mencapai tujuan belajar mereka, meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi mereka.

    • Keterhubungan: Membangun hubungan yang positif antara siswa, guru, dan staf sekolah, menciptakan rasa kebersamaan dan dukungan.

Satuan pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip Self-Determination dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik dan produktif, di mana siswa termotivasi untuk belajar dan mencapai potensi penuh mereka.

  • Teori Kecerdasan Emosional: Membangun Keterampilan Penting untuk Kehidupan
    Kecerdasan emosional, seperti yang dijelaskan oleh Daniel Goleman (xxxxx), mengacu pada kemampuan untuk memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi sendiri dan orang lain. Keterampilan ini sangat penting untuk kesuksesan dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam pendidikan.

Siswa dengan kecerdasan emosional yang tinggi:

    • Lebih mampu beradaptasi dengan situasi yang sulit dan mengatasi stres.

    • Membangun hubungan yang positif dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya.

    • Membuat keputusan yang efektif berdasarkan emosi dan alasan.

Sekolah yang ingin membangun kesejahteraan dan dukungan dapat membantu siswa mengembangkan kecerdasan emosional dengan:

    • Mengajarkan mereka tentang emosi dan bagaimana mengenali emosinya sendiri dan orang lain.

    • Memberikan mereka strategi untuk mengelola emosi mereka dengan cara yang sehat.

    • Mendorong mereka untuk mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang konstruktif.

  • Teori Inklusi: Menciptakan Komunitas yang Inklusif dan Mendukung
    Teori Inklusi menegaskan bahwa semua siswa, tanpa terkecuali, berhak untuk belajar dan berkembang di lingkungan sekolah. 

Sekolah yang inklusif:

    • Menyambut dan menghargai semua siswa, terlepas dari latar belakang, kemampuan, atau kebutuhan mereka.

    • Memastikan bahwa semua siswa memiliki akses ke kurikulum dan layanan yang mereka butuhkan untuk mencapai potensi penuh mereka.

    • Menciptakan budaya di mana semua siswa merasa aman, dihormati, dan diterima.

Penerapan inklusi di sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan dan dukungan bagi semua siswa, menciptakan lingkungan belajar yang lebih adil dan efektif.

7. BUDAYA SATUAN PENDIDIKAN YANG KUAT DAN BERKELANJUTAN

Budaya sekolah adalah fondasi dari lingkungan belajar yang kondusif dan suportif bagi semua siswa. Budaya ini terbentuk dari nilai-nilai, norma, tradisi, dan kegiatan yang dianut dan dipraktikkan di sekolah. Dalam budaya sekolah yang positif, setiap individu merasa didukung, dihargai, dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.

Budaya Sekolah yang Positif dapat:

  1. Meningkatkan Motivasi Siswa
    Budaya sekolah yang positif memberikan dorongan bagi murid untuk mencapai yang terbaik. Dengan adanya lingkungan yang mendukung, murid merasa termotivasi untuk belajar, mengembangkan minat mereka, dan mengejar tujuan akademik dan pribadi mereka. Ketika murid merasa didukung dan dihargai, motivasi mereka untuk belajar dan berkembang meningkat secara signifikan.
  2. Membangun Rasa Kebersamaan
    Budaya sekolah yang positif juga mempromosikan rasa kebersamaan di antara murid, guru, dan tenaga kependidikan. Dengan adanya hubungan yang baik dan saling mendukung, murid merasa sebagai bagian dari komunitas yang peduli dan berempati. Mereka belajar untuk bekerja sama, menghargai perbedaan, dan merayakan keberagaman, yang semuanya merupakan keterampilan penting dalam kehidupan sosial dan profesional.
  3. Mendorong Pencapaian Akademik dan Karakter
    Budaya sekolah yang positif tidak hanya bertujuan untuk mencapai hasil akademik yang tinggi, tetapi juga untuk membentuk karakter siswa yang kuat dan berintegritas. Melalui nilai-nilai yang dianut dan dipraktikkan di sekolah, seperti integritas, kerja keras, dan kerjasama, siswa belajar untuk menjadi individu yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan masa depan

Budaya sekolah yang kuat dan berkelanjutan merupakan fondasi penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi murid.  Fondasi budaya sekolah yang kuat ini dibangun di atas nilai-nilai dan norma yang positif.  Nilai-nilai ini menjadi kompas moral bagi seluruh warga sekolah dalam memandu perilaku dan interaksi antar individu.

Budaya Sekolah:

  • Nilai-nilai dan Norma Sekolah:
    Mengadopsi dan menanamkan nilai-nilai positifi di lingkungan belajar bukan hanya tentang mencantumkan poster atau buku panduan sekolah.  Diperlukan aksi nyata dan konsisten dari semua pihak termasuk guru, tenaga kependidikan, dan orang tua.  Beberapa strategi yang dapat diterapkan seperti integrasi nilai-nilai sekolah dalam diskusi di kelas, menciptakan sistem penghargaan dan konsekuensi.
  • Tradisi dan Kegiatan Sekolah:
    Tradisi dan kegiatan sekolah merupakan cara yang efektif untuk memperkuat rasa komunitas dan kebersamaan di antara warga sekolah.

Berikut ini adalah beberapa teori yang menjadi landasan pentingnya membangun budaya sekolah: 

  • Abraham Maslow
    menyatakan bahwa individu memiliki hierarki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mencapai aktualisasi diri. Dalam konteks sekolah, kebutuhan dasar seperti rasa aman (safety needs) dan kebutuhan sosial (belongingness needs) harus terpenuhi sebelum siswa dapat fokus pada prestasi akademis dan pengembangan diri (self-actualization).
  • Teori Pembelajaran Bermakna, David Ausubel memahamkan guru, murid dan orang tua jika kita mengerti makna maka akan mudah menerapkan aturan dan menumbuhkan kebutuhan akan rasa aman nyaman dan high tolerant. Mendukung teori kognisi dan meng highlight pada point mempertahankan makna sehingga menjadi karakter dan hal itu penting di pembangunan di iklim sekolah.
  • Teori Pengembangan Organisasi:
    Teori ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan suportif. Ini termasuk menyediakan sumber daya yang memadai untuk guru dan staf, menciptakan struktur dan proses yang jelas, serta mendorong komunikasi yang terbuka dan jujur.

Sumber: LMS BAN PDM

SMA Negeri 15 Tanjung Jabung Barat: Tergerak, Bergerak, Menggerakkan.
Together Everyone Achieves More. Yes!

 

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
PIDATO MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DASAR DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PADA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2024

sman15tanjabbarat.sch.id, TEBING TINGGI, 24/11/2024 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhSalam sejahtera untuk kita semua Saudara-saudara, Bapak dan Ibu Guru yang mulia, Pertama

24/11/2024 17:14 - Oleh Administrator - Dilihat 402 kali
KEMDIKDASMEN LAUNCHING BULAN GURU NASIONAL

sman15tanjabbarat.sch.id, TEBING TINGGI, 1/10/2024 KEMDIKDASMEN LAUNCHING BULAN GURU NASIONAL Nomor: 547/sipers/A6/XI/2024 Mendikdasmen Meluncurkan Bulan Guru Nasional Palembang, 1

01/11/2024 18:00 - Oleh Administrator - Dilihat 337 kali
Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-96 Tahun 2024

sman15tanjabbarat.sch.id, Tebing Tinggi, 28/10/2024.  Pagi yang sejuk menyelimuti SMAN 15 Tanjung Jabung Barat, Senin 28 Oktober 2024. Hari dimana diperingati sebagai “Hari

28/10/2024 17:00 - Oleh Administrator - Dilihat 350 kali
TUGAS POKOK DAN FUNGSI KEPALA, LABORAN SERTA TEKNISI LABORATORIUM SEKOLAH

sman15tanjabbarat.sch.id, TEBING TINGGI, 6/10/2024 Semoga Bermanfaat. Dari berbagai sumber  SMA Negeri 15 Tanjung Jabung Barat: Tergerak, Bergerak, Menggerakkan.Together

06/10/2024 17:29 - Oleh Administrator - Dilihat 486 kali
Menumbuhkan Budaya Positif di SMAN 15 Tanjung Jabung Barat Melalui Keyakinan Kelas Tahun Ajaran 2024/2025

sman15tanjabbarat.sch.id, TEBING TINGGI, 2/10/2024 Menciptakan suasana positif di lingkungan sekolah memiliki urgensi tinggi karena lingkungan sekolah sebagai tempat peserta didik bela

02/10/2024 19:00 - Oleh Administrator - Dilihat 460 kali